Thursday, February 12, 2009

What It Takes to Be A Lady

-What It Takes To Be A Lady-

Setiap orang di dunia pasti menginginkan sesuatu yang istimewa untuk dijalani. Namun tidak sedikit orang yang menganggap bahwa sesuatu yang telah dijalani saat ini adalah sesuatu yang percuma. Jika anda adalah orang itu, maka anda dianjurkan membaca artikel ini.

Suatu kali saya bertemu dengan seorang ibu yang memiliki 4 anak. Bu Tin, sebutan ibu tersebut memiliki warung nasi yang buka selama 24 jam. Meskipun kehidupan Ibu Tin bisa dikategorikan sebagai kehidupan ‘miskin’ namun Bu Tin tidak pernah mengeluh akan hidupnya. Dengan bangganya ia selalu bercerita bagaimana anakya yang semuanya lulus SMU diterima bekerja. Dengan lagak yang bisa dibilang sombong Bu Tin berkata, “Gini – gini saya bisa nyekolahin anak sampe’ lulus, mbak”. Sikap sombong Ibu Tin sangat dimaklumi, karena dia memang pantas mendapatkannya.

Suatu kali atasan saya menuruh saya menemani istrinya untuk mencari perabot rumah tangga. Sebagai seorang asisten bos yang baik saya memulai pembicaraan basa – basi, “Ibu kesibukannya apa saja kalo’ dirumah?” Dan si Ibu Bos menjawab, “ah, saya cuma ibu rumah tangga. Biasalah ngurusin anak!” Kemudian saya sampai seharian mengikuti dia menjemput anak sekolah, mengambil sikecil di tempat PlayGroup sampai mengantarkan kembali si anak ke tempat les. Belum lagi nanti malam dia harus menyiapkan makan malam yang kemungkinan besar akan dilewatkan oleh suami tercinta. Saya rasa itu bukan hanya ‘cuma’ tapi lebih dari itu.

Ilustrasi antara Bu tin dan Bu Bos diatas adalah sebagai gambaran, bahwa ekonomi telah membuat kita kaum wanita merasa dibawah. Hanya karena Bu Bos tidak menghasilkan uang dia berani membahasakan dirinya dengan kata ‘Cuma’. Sedangkan Bu Tin yang mampu menghasilkan uang berani sombong dengan dengan bilang ‘gini-gini…’. Jangan salah, saya juga selalu membahasakan diri sebagai ‘Cuma’ karena saya merasa masih dibawah, namun kemudian teman saya yang sudah memiliki anak dan bergelut dengan urusan rumah tangga yang melelahkan membuat saya sadar bahwa saya lebih beruntung dari mereka dan diberi bakat lebih daripada mereka. Oleh karena itu, saya bukan ‘Cuma’!! Sekarang bagaimana dengan anda??? Respon ditunggu…

No comments: